Sabtu, 31 Agustus 2013

Menikmati Eksotisme Merapi dari Desa Kinahrejo




Menikmati Eksotisme Merapi dari Desa Kinahrejo       
Menjelajahi alam Indonesia dengan segala keindahannya merupakan impian bagi para petualang sejati. Dalam kesempatan ini daihatsu Indonesia bekerjasama dengan BLOGdetik mengadakan lomba buat blog yang bertemakan Terios 7 Wonders  ‘ Hidden Paradise “, hadiah utama lomba ini akan diajak keliling nusantara menggunakan daihatsu terios mengunjungi  7 destinasi “Keajaiban Nusantara “ yaitu Pantai Sawarna, Desa Kinahrejo Merapi, Tengger Bromo, Ombak Plengkung Alas Purwo, Desa Sade Rambitan Lombok, Dompu NTB, Pulau Komodo. Dari ketujuh tempat tersebut, Merapi lah yang pernah saya kunjungi tahun 2010 lalu pasca meletusnya gunung berapi tersebut yang melumpuhkan desa Kinahrejo dan sekitarnya. Pada saat itu saya jadi relawan bencana hingga erupsi merapi selesai. 
 
Desa kinahrejo merupakan salah satu desa di bawah kaki gunung Merapi yang sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun asing karena desa ini menjadi pintu gerbang atau jalur paling mudah untuk memulai pendakian ke Gunung Merapi. Kinahrejo terletak di kabupaten Sleman provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari desa Kinahrejo kita bisa menikmati indahnya matahari dari kejauhan. Tanah di sekitar Gunung Merapi terbilang subur untuk bercocok tanam, hal ini menjadikan mata pencaharian penduduk yang tinggal disini. Kesuburan tanah tersebut berasal dari abu vulkanik yang banyak mengandung mineral. Tidak hanya itu, desa ini juga memiliki tujuh mata air dan atraksi budaya terkenal yang dikenal dengan nama Labuhan.
 
Upacara Labuhan ini menunjukkan rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur yang menjaga Gunung Merapi. Upacara ini juga merupakan perwujudan doa persembahan kepada Tuhan atas rahmat dan anugerah yang diberikan kepada kraton dan rakyatnya. Dan yang paling keren, upacara ini merupakan salah satu daya tarik wisata bagi para turis asing, untuk lebih mengenal kebudayaan milik Yogyakarta. 










Selain budayanya yang sangat kental, Desa Kinahrejo tidak bisa dilepaskan dari seorang sosok fenomenal ‘sang juru kunci” Gunung Merapi yang menjaga kelestarian budaya ini, yaitu Raden Ngabehi Surakso Hargo alias Mbah Marijan yang lahir dan besar di Desa Kinahrejo pada 5 Februari 1927. Ia merupakan juru kunci Gunung Merapi sejak tahun 1982 dan harus berakhir pada 2010 karena turut menjadi salah satu korban erupsi Gunung Merapi. Mbah Marijan dimakamkan di Srumen, Glagaharjo atau sekitar 5 km dari Desa Kinahrejo. Mbah marijan semakin dikenal masyarakat Indonesia dengan menjadi bintang iklan produk minuman ternama di Indonesia. Tahun 2011 lalu Mbah Marijan menerima penghargaan Anugerah Budaya dari Pemerintahan Provinsi DIY kerena upayanya melestarikan adat dan tradisi yang ada di sekitar Gunung Merapi.

Sebenarnya kondisi alam di sekitar Desa Kinahrejo sebelum terjadinya letusan dasyat Gunung Merapi begitu asri, subur dan hijau. Akan tetapi, berubah setelah kemarahan Wedus Gembel pada 26 Oktober 2010 lalu. Pemandangan alam yang hijau dan rumah-rumah penduduk sekejap berubah tinggal puing-puing rumah yang hampir hangus terbakar dan tumbuh – tumbuhan pun hancur tidak benyawa lagi. Kini kondisi Desa Kinareja tidak seindah dan sehijau dahulu,  tetapi dengan meletusnya merapi semakin menarik banyak wisatawan asing maupun lokal yang ingin menyaksikan bagaimana dahsyatnya erupsi Gunung Merapi saat itu. Anda masih dapat menyaksikan sisa-sisa awan panas yang dahulu suhunya mencapai hampir 600º C dan kini menutupi hampir semua kawasan Kinahrejo.

 


Apabila Anda pergi ke desa ini pagi hari sekali maka dapat menyaksikan indahnya Matahari terbit dari kejauhan dan menciptakan pemandangan luar biasa di sekitar Desa Kinahreja. Di siang harinya, sebelum Anda memulai pendakian ke Gunung Merapi, berhentilah sejenak untuk menyaksikan indahnya pemandangan Kota Yogyakarta dari kejauhan. Bagi Anda yang tidak ingin mendaki Gunung Merapi maka bisa menyaksikan indahnya gunung tersebut dari Desa Kinahrejo. Apabila Anda hendak berkeliling Desa Kinahrejo atau sekitarnya, terdapat motor yang siap mengantar Anda. Di desa ini juga terdapat warung Kinah yang siap melayani Anda.

So......mari kita lestarikan budaya Indonesia dengan menjelajahi wisata desa Kinahrejo Merapi, Yogykarta...Daihatsu Terios siap menjadi sahabat petualang yang akan memanjakan perjalanan Anda.
Jadilah petualang sejati yang tangguh, berguna bagi bangsa dan negara,,!!!

Sumber :




Rabu, 15 Mei 2013

Perubahan dan Pengembangan Organisasi



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Tiada kehidupan tanpa perubahan dan tiada perubahan tanpa ada pengembangan, tentunya dalam hal ini perubahan dan pengembangan ditujukan ke arah yang lebih baik. Setiap kehidupan dalam masyarakat sedikit atau banyak, kecil maupun besar pasti mengalami yang namanya perubahan. Demikian pula organisasi sebagai salah satu bentuk kehidupan dalam masyarakat akan mengalami perubahan – perubahan yang dipengaruhi oleh lingkungan internal maupu  eksternal.
Era modern ini yang dicirikan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, menunjukkan bahwa suatu organisasi pasti mengalami berbagai perubahan yang semakin kompleks pula. Organisasi – organisasi modern pun  dituntut untuk mampu menghadapi berbagai perubahan sesuai perkembangan zaman. Dalam suatu organisasi tidak bisa lepas dari salah salah satu unsur yang sangat penting yakni manusia, manusia ini saling berhubungan satu sama lain, dari sini perilaku individu dapat mempengaruhi perilaku organisasi tersebut. Hubungan – hubungan antar manusia dan perilaku organisasi yang muncul sangat berpengaruh dalam mencapai perbaikan – perbaikan pada organisasi untuk perubahan yang lebih baik bagi kemajuan suatu organisasi.
Pengembangan organisasi merupakan upaya terencana yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam menghadapi dinamika kondisi – kondisi lingkungan eksternal dan tekanan – tekanan internal dengan meningkatkan efektifitas dan efesiensi yang lebih besar untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dan pengembangan organisasi dapat membantu mereka membentuk hubungan yang efektif di antara mereka. Sehingga organisasi dapat bertahan di tengah arus globalisasi yang cepat berubah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi ( organization change ) adalah modifikasi substansif pada beberapa bagian organisasi meliputi jadwal pekerjaan, dasar untuk departementalisasi, rentang manajemen, mesin – mesin, rancangan organisasi dan lain – lain.

B.     Pengertian Pengembangan Organisasi
Menurut John R. Schermerhorn, Jr. James G. Hunt, dan Richard N. Osborn dalam bukunya berjudul “ Managing Organizational Behavior “, pengembangan organisasi adalah penerapan pengetahuan ilmu perilaku dalam usaha jangka panjang untuk meningkatkan kemampuan organisasi mengatasi perubahan dalam lingkungan eksternalnya dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah internalnya.[1] Sedangkan menurut Warren G. Bennis, pengembangan organisasi adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan, sikap, nilai dan susunan organisasi, sehingga organisasi dapat lebih baik dalam meyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan itu sendiri.[2]
Berdasarkan beberapa ahli definisi pengembangan organisasi dapat disimpulkan yakni rangkaian kegiatan penataan penyempurnaan yang dilakukan secara terencana dan terus – menerus guna memecahkan berbagai masalah yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan sehingga organisasi dapat mengatasi perubahan serta menyesuaikan diri dengan perubahan dengan menerapkan ilmu perilaku yang dilakukan oleh pejabat dalam organisasi sendiri atau dengan bantuan ahli dari luar organisasi.[3]

C.     Tujuan Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi memiliki sejumlah tujuan, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Greiner dan Barnes mengkategorikan tujuan – tujuan yang paling umum diantaranya :
ü  Hasil pekerjaan yang lebih baik
ü  Penerimaan teknik – teknik baru
ü  Motivasi yang meningkat
ü  Inovasi lebih banyak
ü  Kerjasama yang meningkat
ü  Absennya pekerja dalam jumlah lebih sedikit.[4]
Secara umum, tujuan pengembangan organisasi adalah mengusahakan agar organisasi melalui orang – orang atau pegawai – pegawainya , dapat memecahkan masalah – masalah yang timbul di dalamnya.
D.    Kekuatan – Kekuatan yang Mendorong Perubahan Organisasi
Perubahan tidak dapat terjadi begitu saja tanpa adanya kekuatan – kekuatan yang merangsang terjadinya perubahan tersebut. Ada beberapa kekuatan yang dapat berperan sebagai perangsang perubahan, diantaranya :
1.      Kondisi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh organisasi kemungkinan memiliki latar belakang budaya yang berbeda dan sangat beragam. Organisasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan multibudaya tersebut. Kebijakan dan praktik sumber daya harus berubah agar organisasi mampu mempertahankan angkatan kerja yang multibudaya ini. Organisasi juga menghadapi kendala dalam hal kualitas tenaga kerja yang digunakan, terutama banyaknya tenaga kerja baru tanpa keterampilan yang mencukupi. Oleh karena itu, organisasi harus menyediakan dana untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan kualitas tenaga kerjanya tersebut.[5]
Persoalan tenaga kerja dalam organisasi merupakan faktor internal organisasi yang sangat berpengaruh terhadap perubahan organisasi.  Problem – problem internal organisasi yang sering terjadi yaitu :
-          Problem hubungan antar anggota
-          Problem dalam proses kejasama
-          Problem keuangan
2.      Teknologi
Perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat dan murah mendorong perusahaan untuk memanfaatkan teknologi tersebut untuk meningkatkan kinerja organisasi secara efektif dan efisien. Sebagai contoh dalam organisasi bisnis, internet dan short message service ( SMS ) dapat mendorong perusahaan untuk memperluas pemasarannya melalui e-commerce. Penggunaan komputer dan otomatisasi yang meningkat serta program TQM dapat meningkatkan kualitas organisasi.
3.      Guncangan Ekonomi
Guncangan ekonomi dalam bentuk kejutan – kejutan ekonomi menimbulkan dampak – dampak yang luar biasa bagi keberadaan organisasi. Perubahan harga minyak dunia, fluktuasi tingkat suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang asing dan tingkat inflasi yag begitu cepat mendorong perusahaan untuk mengubah strategi – strategi mereka dalam mencapai keunggulan kompetitifnya. Guncangan – guncangan ekonomi merupakan faktor yang sulit dikendalikan oleh organisasi, namun memberikan pengaruh yang besar bagi keberadaan organisasi.
4.      Kompetisi
Dalam era globalisasi dan liberalisasi ekonomi, persaingan yang semakin kompetitif merupakan suatu hal yang tidak terelakan. Tingginya tingkat persaingan memaksa organisasi untuk berubah dalam mempertahankan diri dan  meningkatkan keunggulan bersaingnya. Selain itu, organisasi dituntut untuk berinovasi dalam mengembangkan produk – produk baru dan masuk ke dalam pasar yang semakin terbuka. Contoh persaingan global seperti merger dan konsolidasi serta pertumbuhan pedagang eceran khusus.
5.      Kecenderungan Sosial
Tren – tren sosial yang senantiasa berubah mengikuti perkembangan sosial yang cenderung menggunakan teknologi informasi dan komunikasi mendorong organisasi untuk menggunakan dunia maya seperti penggunaan home page dan e-commerce sebagai saran untuk mencapai tujuan organisasi. Kecenderungan sosial yang terjadi pada tahun 1970-an dan 1980-an mendorong perubahan di era 1990-an yang harus disesuaikan oleh organisasi. Dua dasawarsa yang lalu, kecenderungan terjadi pada masalah perkawinan dan perceraian. Kaum muda cenderung untuk menunda perkawinan mereka, dan separuh dari status perkawinan tersebut berakhir dengan perceraian. Akibat dari kecenderungan sosial ini adalah meningkatnya jumlah rumah tangga ysng dibina seorang diri dan meningkatnya permintaan perumahan bagi mereka yang berstatus hidup di luar ikatan perkawinan. Bagi usaha properti seperti ConAgra’s Healty Choice Division atau Pillsburry’s Green Giant, gambaran ini merupakan faktor yang penting di dalam menentukan bentuk ukuran dan rancangan perumahan bagi mereka. Sama halnya, meningkatnya jumlah pasangan yang hidup tanpa ikatan perkawinan mengakibatkan meningkatnya pula permintaan porsi makanan yang beku.[6]
6.      Politik Dunia
Perubahan – perubahan politik dunia juga membawa perubahan – perubahan dalam praktik bisnis perusahaan. Berbagai peristiwa besar seperti runtuhnya Uni Soviet, runtuhnya tembok Berlin, reunivikasi negara Jerman, dan invasi Irak atas Kuwait, itu semua harus direspon secara baik oleh organisasi. Contoh lain, hampir seluruh kontraktor besar departemen pertahanan Amerika Serikat  harus berpikir ulang akan usaha bisnis mereka dan membuat perubahan serius dalam menanggapi bubarnya negara Uni Soviet dan menyusutnya dana pembiayaan untuk Pentagon. Semenjak tahun 1991, Hughes Aircraft melakukan pemutusan kerja terhadap lebih dari 21.000 pegawai mereka, dan McDonnell Douglas telah menghapus 10.000 sektor pekerjaan.

E.     Pentingnya Perubahan Terencana
Perubahan yang dilakukan oleh organisasi dapat memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan kinerja organisasi jika perubahan – perubahan tersebut terencana dan dikelola dengan baik. Perubahan terencana merupakan kegiatan perubahan yang disengaja dan berorientasi tujuan. Ada dua sasaran dari perubahan terencana yaitu :
1.      Perubahan tersebut mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
2.      Perubahan itu mengupayakan perubahan perilaku karyawan.[7]
Aktivitas - aktivitas perubahan terencana dilakukan oleh pihak – pihak yang bertanggung jawab yang disebut dengan agen perubahan. Agen perubahan ini bisa seorang manajer atau non manajer, pegawai – pegawai organisasi, dan konsultan luar.  Manajemen internal sering menyewa jasa konsultan luar untuk memberikan nasihat atau bantuan di dalam melakukan kegiatan – kegiatan utama menuju perubahan. Dikarenakan mereka merupakan pihak luar, mereka dapat memberikan pandangan yang objektif, yang seringkali tidak tersedia dalam lingkup internal organisasi. Konsultan luar memiliki kekurangan dalam memahami sejarah, budaya, prosedur operasi, dan personel dari organisasi tersebut. Bahkan konsultan luar memiliki kecenderungan untuk mengusulkan sebuah perubahan yang drastis karena mereka tidak memiliki tanggung jawab terhadap dampak dari reaksi atau pengaruh setelah perubahan tersebut dilaksanakan. Sebaliknya, spesialis staf internal atau manajer saat mereka beperan sebagai agen perubahan, mungkin akan berpikir lebih dan hati – hati dalam melaksanakan tugas ini karena mereka diharuskan untuk bertanggung jawab terhadap seluruh konsekuensi dari tindakan mereka.
Dalam merespon perubahan, sebuah organisasi lebih diibaratkan sebagai sebuah rakit berukuran empat puluh kaki daripada diibaratkan sebagai sebuah kapal yang besar. Rakit tersebut dipersiapkan untuk melintasi sungai dengan aliran air yang deras dan tiada hentinya, dan bukan digunakan untuk berlayar di laut yang tenang. Rakit tersebut diawaki oleh sepuluh orang yang satu sama lain, sebelumnya belum pernah saling bekerja sama, lalu tidak seorang pun dari mereka yang pernah mengarungi sungai, kemudian rute yang dilalui tidak jelas, banyak terdapat tikungan dan penghalang yang berbahaya, tujuan yang dituju oleh rakit tersebut tidak jelas, dan pada saat yang tidak menentu rakit harus ditarik ke darat, dan awak baru masuk sementara awak sebelumnya keluar. Perubahan merupakan sebuah keadaan ilmiah sementara mengelola perubahan merupakan proses yang berkelanjutan.[8]
Perubahan – perubahan terencana yang dilakukan oleh agen – agen perubahan di dalam organisai tidak sepenuhnya berjalan lancar, berbagai penolakan terhadap perubahan akan terjadi di dalam sebuah organisasi.
ü  Penolakan terhadap perubahan
Penolakan terhadap perubahan ini tidak muncul dalam cara – cara yang beku, melainkan secara terang – terangan, tersirat, langsung atau tertunda. Agen perubahan lebih mudah dan cepat dikelola dalam menghadapi penolakan yang terang – terangan dan langsung daripada menghadapi penolakan tersirat atau tertunda yang sulit dideteksi.
Ada dua sumber penolakan terhadap perubahan yaitu :
1.      Penolakan individu
Sumber penolakan perubahan yang bersifat individual terkait dengan karakteristik manusiawi dan aspek psikologis. Ada 5 alasan mengapa individu menolak perubahan, diantaranya :
§  Kebiasaan
Individu – individu dalam organisasi cenderung menolak perubahan – perubahan yang dapat mengubah kebiasaan – kebiasaan yang sudah dilakukan individu sebelumnya.
§  Keamanan
Orang dengan kebutuhan yang tinggi akan keamanan cenderung akan menolak perubahan karena perubahan itu mengancam perasaan aman mereka.
§  Rasa takut terhadap yang tidak diketahui
Perubahan dapat menggantikan sesuatu yang telah diketahui menjadi sesuatu yang ambigu dan tidak pasti. Ambiguitas dan ketidakpastian ini menimbulkan rasa takut sehingga menjadi sumber penolakan terhadap perubahan.
§  Pengolahan informasi selektif
Individu cenderung memilih dan mengolah informasi yang mereka pilih dan membentuk persepsi mereka tentang sesuatu hal. Individu cenderung mengabaikan informasi – informasi yang berbeda dengan apa yang menjadi persepsi mereka termasuk informasi tentang perlunya atau manfaat positif dari perubahan di dalam sebuah organisasi. Hal ini menjadi sumber penolakan terhadap perubahan di dalam organisasi tersebut.
2.      Penolakan organisasi
Organisasi cenderung sulit menerima perubahan karena bersifat konservatif yakni ingin menjalankan apa yang selama ini mereka lakukan. Ada enam sumber penolakan organisasi terhadap perubahan yaitu :
§  Kelembaban struktural
Hal ini timbul karena organisasi mempunyai mekanisme perekrutan, penempatan  dan diklat karyawan yang menghasilkan kestabilan. Karyawan yang telah diseleksi dan dipilih kemudian ditempatkan pada posisi sesuai dengan keahliannya. Ketika dihadapkan pada perubahan, kelembaban struktural ini bertindak sebagai pengimbang yang mampu mempertahankan stabilitas.
§  Karena tidak menyeluruh
Perubahan yang dilakukan pada sebuah subsistem tidak akan berhasil jika tidak diimbangi dengan perubahan pada subsistem yang lain, karena organisasi terbentuk dari sejumlah subsistem yang saling berhubungan.
§  Kelembaban kelompok
Norma kelompok dapat menjadi kendala ketika individu – individu ingin mengubah perilaku mereka. Seorang karyawan bersedia menerima perubahan yang dilakukan organisasi mereka namun norma yang berlaku pada serikat karyawan menolak perubahan yang dilakukan organisasi tersebut.
§  Ancaman terhadap keahlian
Perubahan pola organisasi dapat mengancam keahlian kelompok – kelompok tertentu dan menjadi penolakan terhadap perubahan yang sedang terjadi. Contonya perubahan sistem informasi dari sistem manual ke sistem komputer dapat diartikan sebagai ancaman bagi orang – orang yang ahli dalam sistem informasi manual.
§  Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang mapan ( status quo )
Adanya perubahan dalam seperti redistribusi wewenang pengambilan keputusan dapat mengancam hubungan kekuasaan yang telah mapan di dalam sebuah organisasi. Misalnya pengambilan keputusan partisipatif atau tim kerja swakelola merupakan jenis perubahan yang sering dianggap sebagai ancaman oleh para manajer menengah.
§  Ancaman terhadap alokasi sumber daya yang mapan
Kelompok -  kelompok di dalam organisasi yang mendapat manfaat besar dari alokasi sumber daya yang ada sering merasa terancam oleh perubahan – perubahan yang dapat mempengaruhi alokasi sumber daya tersebut.[9]
                        Mengatasi penolakan terhadap perubahan
Penolakan terhadap perubahan baik yang berasal dari individu maupun organisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dari aktivitas perubahan di dalam organisasi. Agen perubahan harus memilih taktik yang tepat untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan. Taktik tersebut diantaranya :
ü Diberikan pendidikan dan membangun komunikasi yang baik antara manajemen dan karyawan baik secara individu maupun kelompok.
ü Melibatkan individu untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan perubahan.
ü Beri kemudahan dan dukungan, misalnya dukungan dalam bentuk penyuluhan dan terapi, pelatihan keterampilan baru atau pemberian cuti yang dibayar.
ü Rundingkan dengan pihak – pihak yang menolak perubahan.
ü Manipulasi dan kooptasi, manipulasi bisa dalam bentuk menghasut, memutar balikkan fakta, menahan informasi yang tidak diinginkan atau menciptakan desas desus palsu. Sedangkan kooptasi merupakan bentuk manipulasi sekaligus partisipasi yakni berupaya menyuap pemimpin kelompok penolak dengan memberi mereka peran utama dalam keputusan perubahan.
ü Pemaksaan, dilakukan melalui penerapan ancaman atau kekuatan langsung terhadap penolak berupa ancaman mutasi, hilangnya promosi, evaluasi kinerja yang buruk, dan surat rekomendasi yang buruk.

F.      Mengelola Perubahan Melalui Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi bukanlah sebuah konsep tunggal, akan tetapi merujuk kepada sebuah perubahan yang terencana dan sistematis. Pengembangan organisasi digunakan untuk mengarahkan kepada sejumlah teknik perubahan atau intervensi, dimulai dari perubahan struktur dan sistem di dalam organisasi secara umum hingga penyuluhan psikoterapi yang diberikan kepada kelompok serta individu di dalam organisasi tersebut, dilakukan untuk merespon perubahan lingkungan eksternal yang mengarah kepada upaya perbaikan efektivitas organisasi dan keberadaan karyawan.
Pengembangan organisasi dibangun atas dasar nilai – nilai demokrasi humanisme. Selanjutnya, karakteristik pengembangan organisasi yang membedakannya dari pendekatan perubahan tradisional diantaranya :
-          Penekanan pada tim kerja sebagai kunci untuk mempelajari model yang lebih efektif dari perilaku organisasi
-          Penekanan pada kolaborasi dan partisipasi manajemen
-          Penekanan pada perubahan budaya organisasi
-          Menggunakan ilmu kejiwaan sebagai agen perubahan
-          Sebuah pandangan bahwa usaha perubahan merupakan proses yang terus – menerus.[10]

G.    Proses Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi merupakan sebuah pendekatan situasional atau kontingensi guna memperbaiki efektivitas suatu organisasi.
Model tentang proses pengembangan organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :











Text Box: Pengembangan strategi perubahan


 



Text Box: Pengukuran dan evaluasiText Box: Intervensi

Text Box: feedback
Diagnosis organisasi
 
Text Box: Diketahui adanya problem                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           

Proses pengembangan organisasi terdiri dari pelatihan laboratorium dan survei / riset umpan balik yang keduanya saling berkaitan satu sama lain. Pengembangan organisasi menjadi suatu proses yang berkelanjutan, direncanakan, bersifat sistematik dan kemudian dipusatkan pada persoalan perubahan yang bertujuan agar perusahaan tersebut menjadi lebih efektif.

H.    Teknik Pengembangan Organisasi
Ada lima teknik pengembangan organisasi untuk membangkitkan perubahan yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan oleh para agen perubahan, yaitu :
1.      Pelatihan Kepekaan
Pelatihan kepekaan merupakan kelompok pelatihan yang berupaya mengubah perilaku lewat interaksi kelompok yang tidak terstruktur.
2.      Umpan Balik Survei
Merupakan penggunaan alat berupa kuesioner untuk mengenali penyimpangan persepsi antar anggota, diikuti dengan pembahasan dan sarana perbaikan.
3.      Konsultasi Proses
Dalam konsultasi proses, konsultan membantu klien memahami kejadian – kejadian pada proses yang harus ditangani dan mengidentifikasi proses yang memerlukan perbaikan.
4.      Pembinaan Tim
Pembinaan tim merupakan interaksi tinggi di kalangan anggota tim untuk meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan. Pembinaan tim dilakukan melalui proses penetapan sasaran tim, pengembangan hubungan antar pribadi di antara anggota tim, analisis peran untuk memperjelas peran dan tanggungjawab tiap anggota, dan analisis proses sistem.
5.      Pengembangan Antar Kelompok
Merupakan upaya Pengembangan Oganisasi untuk mengubah sikap, stereotip, dan persepsi satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Hal ini untuk mengatasi adanya konflik disfungsional antar kelompok yang dapat menghambat perubahan. Metode populer yang digunakan untuk memperbaiki hubungan antar kelompok tersebut kepada pemecahan  kelompok.
6.      Penyelidikan Apresiatif
Penyelidikan apresiatif berusaha mengidentifikasi sifat – sifat unik dan kekuatan – kekuatan khusus organisasi yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerja. Penyelidikan apresiatif dilakukan melalui tiga langkah yaitu :
a.       Penemuan dalam hal menemukan apa yang dianggap sebagai kekuatan organisasi.
b.      Bermimpi dimana informasi dari tahap penemuan digunakan untuk berspekulasi tentang kemungkinan masa depan organisasi.
c.       Rancangan dimana berdasarkan impian para peserta berfokus untuk menemukan visi bersama tentang cara organisasi mencapai impiannya.[11]
















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kebutuhan terhadap perubahan meliputi hampir seluruh konsep yang ada pada perilaku organisasi. Kebutuhan tersebut mencakup sikap, persepsi, tim, kepemimpinan, motivasi, rancangan organisasi dan lain sebagainya. Tidaklah mungkin untuk memikirkan konsep ini tanpa menanyakan bentuk perubahan yang akan dilakukan, konsep perubahan terencana dan sistematis lah yang harus diusung oleh setiap organisasi untuk mengembangkan organisasinya menjadi lebih bersaing dan berkualitas di dunia global.
Jika lingkungan bersifat statis secara menyeluruh, atau jika keterampilan dan kemampuan para pekerja selalu diperbaharui dan tidak mudah rusak, dan jika keadaan hari esok ada perubahan dengan hari ini, maka perubahan organisasi memiliki sedikit relevansi atau tidak sama sekali dengan manajer. Akan tetapi dalam dunia nyata terdapat pergolakan, yang mengharuskan organisasi dan anggotanya mengubah dinamika yang mereka lalui jika mereka masih ingin membentuk sebuah tingkatan yang kompetitif.
Pada masa lalu, manajer dapat menganggap perubahan sebagai suatu gangguan berkala dalam kedamaian dan dunia yang stabil. Dunia dan keadaan seperti itu tidak lagi ada bagi kebanyakan manajer. Manajer – manajer zaman sekarang semakin menemukan bahwa dunia mereka merupakan suatu dunia yang selalu dan sangat berubah. Dalam dunia tersebut, para manajer harus terus menerus bertindak seperti seorang agen perubahan.






DAFTAR PUSTAKA

Moekijat. Pengembangan Organisasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset. 1986.
Sutarto. Dasar – dasar Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 1998.
Winardi. Manajemen Konflik : Konflik Perubahan dan Pengembangan. Bandung : Penerbit  Mandar Maju. 1994.
Sentot Imam Wahjono. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2010.
Stephen P. Robbins. Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta : Erlangga. 2002.




[1]  Moekijat, Pengembangan Organisasi, ( Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 1986 ), hlm. 3.
[2] Sutarto, Dasar – dasar Organisasi, ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1998 ), hlm. 416.
[3] Ibid, hlm. 418.
[4] Winardi, Manajemen Konflik : Konflik Perubahan dan Pengembangan, ( Bandung : Penerbit  Mandar Maju, 1994 ), hlm. 212.
[5] Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 ), hlm. 116.
[6] Stephen P. Robbins, Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi, ( Jakarta : Erlangga, 2002 ), hlm. 300 – 301.
[7] Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 ), hlm. 119.
[8] Stephen P. Robbins, Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi, ( Jakarta : Erlangga, 2002 ), hlm. 303.
[9] Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 ), hlm. 121-123.
[10] Stephen P. Robbins, Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi, ( Jakarta : Erlangga, 2002 ), hlm. 311.
[11] Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010 ), hlm. 129-130.